Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menggapai Hidup Berkualitas

KH Ilhamulloh Sumarkan, M.Ag


Suatu ketika, Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin Khathab : Ayyul mu’mini afdhal? Qaala : ahsanuhum khuluqa. (mukmin mana yang paling utama di hadapan Allah ya Rasul? Beliau menjawab : mukmin yang terbaik kecerdikan pekertinaya). Wa ayyul muslim aqyaas ‘indallaah? (dan muslim mana yang paling cerdas dan paling berakal balig cukup akal berdasarkan Allah? Qaala : aktsaruhum lil mauti dzikron wa ahsanuhum isti’daadan lima ba’dahu ( ia menjawab : muslim yang paling cerdas yaitu yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapan untuk hidup setelah mati). Riwayat yang lin Rasulullah SAW menyatakan : Alqais man daana nafsahu wa’amila lima ba’dal mauti (Orang yang cerdas yaitu orang yang senantiasa menghitung-hitung dirinya dan bisa menundukkan hawa nafsunya, dan melaksanakan yang bermanfaat bagi dirinya untuk idup setelah mati). 

Dari dua hadis ini memberi pelajaran bagi kita, bahwa orang yang paling cerdas, pandai berdasarkan ukuran Rasul dan Allah yaitu orang yang senantiasa mempersiapkan hidup setelah mati. Mengapa demikian? Salah satu indikasi kecerdasan yaitu bila seseorang melaksanakan atau meninggalkan sesuatu dengan pertimbangan efek dari pilihannya itu. Jika melaksanakan begini apa akibatnya, jikalau saya melaksanakan ini, apa dampaknya di lalu hari. Dan pertimbangan lalu hari itu yaitu pertimbangan apa akhir nanti pada ketika hidup lagi setelah mati. Sementara orang yang ndeso dan orang yang masih kekanak-kanakan yaitu apabila yang ia lakukan tanpa ada pertimbangan akhir dari apa yang ia lakukan itu. Dia akan berbuat sesuatu sesukanya yang penting hari ini senang, dan tidak peduli apa yang akan terjadi kemudian, baik akhir untuk dirinya maupun akhir untuk orang lain. Apalagi akhir hidup setelah mati, ia tidak mempedulikan sama sekali. 

Proses kehidupan insan itu ada empat tahap : alam rahim, dunia, barzah (kubur) dan Akhirat. Tahapan di alam rahim, terhitung empat hingga maksimal 1 tahun. Lalu terlahir ke alam dunia, perjalanan insan di alam dunia, mulai 0 tahun hingga rata-rata 60 tahun, kemungkinan juga 100 tahun. Kemudian pindah ke alam barzah, di sana juga ada kehidupan, alasannya yaitu mati bergotong-royong hanyalah pindah tempat, yang musnah hanya jasadnya saja, dan jiwanya tetap ada di alam barzah. Rentan waktu di alam barzah , bisa ribuan, jutan tahun, lalu proses perpindahan ke alam yang lain yakni alam akhirat. Dan di alam alam abadi inilah tidak ada perhitungan batasnya, yakni selama-lamanya. Dan yang disadari oleh mereka-mereka yang cerdas. Apa yang dialami di alam barzah itu hanya ada dua, nikmat dan sengsara. Dan yang di alami di alam abadi hanya ada dua, nirwana dan neraka. Dan di kedua alam itu sudah tidak ada pilihan lagi, alasannya yaitu berada di manapun itu semua hanyalah akhir dari selama menjalani hidup di dunia yang sementara. Karena itu, perjalanan waktu bagi kita, sehari, seminggu, sebulan, setahun, itu bagi kita yaitu hari-hari yang sangat berharga. 

Perubahan waktu yang dijalani manusia, hendaklah bernilai ibadah, baik ibadah mahdhah (khusus); menyerupai shalat Rawatib, Puasa Ramadhan, maupun ghoiru mahdhah, menyerupai bekerja, bersosialisasi dengan masyarakat dll. Hendaknya setiap waktu yang kita jalani bernilai ibadah. Maka orang yang bisa mengisi hidup dengan ibadah, itulah orang orang yang berkualitas, orang yang punya investasi bagi dirinya untuk hidup setelah mati. Tetapi, pada umumnya insan melalikan ini. Apalagi ketika masih menjalani masa-masa muda. Karena mereka memprediksi bahwa ia akan masih bisa hidup sekian puluh tahun lagi. Sehingga, ketika diingatkan untuk beribadah, mereka berkata : Saya masih muda, nanti saja kalau sudah umur 60 saya akan bertaubat. Inilah fikiran yang dikuasai oleh nafsu, dan syetan. Menyalahgunakan makna hadis tersebut, demi kepentingan nafsunya. Sehingga, hidup hanya berfoya-foya, hanya untuk kesenangan nafsunya. Dan orang-orang yang demikian, justeru dibiarkan oleh Allah, bahkan tambah diberi fasilitas. Rizkinya semakin melimpah, kesehatannya terjaga. Mereka bertambah, lalai bahwa ada hidup setelah mati. Dan ketika datang saatnya mati itulah penyesalan akan tiba. (Q S Al Mu’minun : 99-100). 

Sementara bagi orang-orang mu’min yang mendapat ganjaran, pahala, sebagai akhir dari amalannya selama di dunia, selama di alam barzah mereka pun sempat berandai ; ya Allah, seandainya Engkau memberi saya kesempatan hidup kembali, betapa nikmatnya hidup ini, alasannya yaitu dengan Engkau beri kesempatan saya hidup kembali, saya akan semakin memperkuat iman, semakin memperbanyak ibadahku. Karena itu, semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang cerdas, hamba Allah yang senantiasa berfikir akhir hidup setelah mati, insyaallah dengan demikian, sikap kita akan terkontrol, dan kepada orang lainpun kita bisa menunjukkan kesejukan, ketenteraman dan kedamaianSehingga, kita mendapat panggilan dari malaikat Allah : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.(QS Al Fajr : 27-28). 


Posting Komentar untuk "Menggapai Hidup Berkualitas"