Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memurnikan Niat, Menyongsong Bulan Ramadhan

Drs. H Saiful Jazil, M.Ag

Para ushuliyiin memakai satu kaidah : Al umuuru bimaqaashidihaa (semua urusan itu tergantung maksudnya). Kaidah ini didasarkan satu hadis yang diriwayatkan dari sayyidina Umr bin Khatab r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda : Segala sesuatu perbuatan, tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap perkara hanya sesuai dengan niatnya. Bahkan di riwayat yang lain menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Banyak amal perbuatan yang secara lahir tampak perbuatan ukhrawi, tetapi bernilai ukhrowi, alasannya yaitu niat yang salah. Begitu pula sebaliknya, betapa banyak perbuatan yang tampak secara lahir termasuk perbuatan duniawi, tetapi di hadapan Allah termasuk perbuatan ukhrawi, alasannya yaitu niatnya baik dan benar. 

Puasa merupakan perbuatan ibadah ruhiyah. Hanya dia dan Allah SWT yang tahu. Karena itu, niat yaitu merupakan satu-satunya tolok ukur, apakah puasa itur bernilai sebagai ibadah, atau hanya mendapat lapar dan dahaga. Maka, berbahagialah bagi kita umat Islam yang bisa meluruskan dan memurnikan niat. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari dengan kepercayaan dan niat yang tulus alasannya yaitu Allah semata, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang telah dilakukan”. 

Pernah suatu dikala Siti Aisyah R.A. mengadu kepada Nabi. Ya Rasulullah, kita sudah menikah lama, tetapi hingga kini belum dikarunia anak oleh Allah SWT, bagaimana seandainya kami membeli seorang budak di pasar, supaya ada yang menemani saya di dikala engkau bepergian, sehingga saya tidak kesepian, dan ada yang membantu menuntaskan pekerjaan rumah tangga. Setelah Rasulullah mengijinkan, Siti Aisyah berangkat ke pasar dan membeli seorang budak sebagaimana yang diinginkan. Begitu budak ini dibayar, dan masih di tengah jalan tiba-tiba malaikat Jibril datang, Ya Rasulullah, budak yang gres saja dibeli oleh isterimu itu, jangan sekali-kali engkau ijinkan masuk ke rumahmu. Rasulullah bertanya : Mengapa demikian ya Jibril? Karena catatannya di sisi Allah sebagai calon penghuni neraka, tak layak, dan tak patut sebagai calon penghuni neraka masuk menjadi ahlul bait, bersama dengan Rasulullah SAW yang semua keluarganya disucikan oleh Allah. (QS Al Ahzab : 33). 

Mendengar ini, Rasulullah SAW pribadi mencegat jangan hingga budak yang dibeli Aisyah itu masuk rumah. Begitu hingga di hadapannya, ia pribadi memberitahu sebagaimana yang dikatakan oleh malaikat Jibril tadi. Mendengar informasi itu, budak itu menangis tersedu-sedu, alasannya yaitu harapannya yang ingin menjadi bab dari keluarga Rasulullah pupus. Dan dikala itu juga Rasulullah bersabda : Hari ini saya akan memerdekakanmu, sehingga kau kini bebas menyerupai orang yang merdeka pada umumnya dan silakan kau pulang!. Mendengar Rasulullah menyampaikan menyerupai itu, budak ini tidak berhenti menangis. Melihat reaksinya menyerupai itu, Rasulullah SAW tidak tega, kemudian ia masuk ke rumah untuk mencari sesuatu untuk menghibur hatinya. Diriwayatkan, bahwa ternyata Rasulullah hanya menemukan satu biji buah kurma. Sambil memberikannya ia bersabda : Semoga, satu biji buah kurma ini bermanfaat bagi kehidupanmu di masa yang akan datang. 

Di perjalanan, satu biji kurma dari Rasulullah itu dimakan sedikit demi sedikit, hingga tinggal separo. Di tengah jalan itu ada seorang pengemis yang kelaparan dan meminta kurma tersebut, tanpa berfikir panjang, alasannya yaitu yang ia punya hanya satu biji buah kurma yang tinggal separo itu, maka diberikanyalah itu kepada pengemis kelaparan tersebut, dan sepertinya pribadi dimakannya. Dalam waktu bersamaan malaikat Jibril tiba kedua kalinya kepada Rasulullah dan berkata : Ya Rasulullah, budak yang gres kau suruh pergi tadi, tolong panggil lagi kemari ! Rasulullah menjawab : Ya Jibril, kenapa kau suruh memanggil budak itu kembali, padahal gres saja kau suruh saya memulangkannya, sesungguhnya apa yang terjadi ? Jibril menjawab : Budak tadi di tengah jalan bershodaqah dengan separo buah kurma yang kau berikan tadi kepada seorang pengemis yang kelaparan. Dan alasannya yaitu kebersihan niatnya hanya alasannya yaitu Allah ta’aalaa, balasannya tercatat suatu kebajikan di sisi Allah. Itulah yang merubah takdirnya, dan kini dia yaitu calon penghuni surga. Ketika itu, impulsif Rasulullah SAW bersabda : ittaqun naaro walau bisikki tsamrotin (jagalah dirimu dari sentuhan api neraka walapun dengan separo buah kurma). 

Inilah, suatu perbuatan walaupun kelihatan sepele, tetapi bernilai luar biasa di hadapan Allah SWT. Oleh alasannya yaitu itu, Rasulullah bersabda : “Niatnya orang beriman itu lebih mulia daripada perbuatannya”. Hal ini relevan dengan firman Allah surah al Zalzalah : 7-8. Yang maknanya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, pasti Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, pasti Dia akan melihat (balasan)nya pula. 

Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat bagi kita, sehingga puasa yang sebentar lagi akan kita lakukan bisa menjadi puasa yang menjadikan diampuninya dosa kita oleh Allah. Amien. 


Posting Komentar untuk "Memurnikan Niat, Menyongsong Bulan Ramadhan"