Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Sejarah Budaya Bencong Dari Aneka Macam Negara

Waria atau Wanita-Pria merupakan sebuah istilah yang biasa dipakai untuk mengkasifikasikan seorang laki-laki yang mempunyai tingkah kemayu dan bahagia berdandan layaknya seorang wanita. Meski sudah ada semenjak berabad-abad lalu, namun setrik umum Waria, dianggap sebagai penyimpangan, sebab itu tak diakui sebagai gender yang sah. Berbeda dengan halnya Laki-laki dan Perempuan yang diakui oleh negara sebagai gender yang sah, dengan banyak sekali pertimbangan Waria di banyak negara tak diakui dalam pembagian terstruktur mengenai gender apapun.

Tapi meski begitu, sebab keberadaanya yang sudah ada semenjak zaman dahulu, ternyata dalam beberapa kebudayaan Waria telah mempunyai tempatnya sendiri dan diakui sebagai gender ketiga sesudah laki-laki dan wanita. Dalam kebudayaan beberapa negara ini, Waria mempunyai sebutanya tersendiri dan biasanya telah diakui oleh masyarakat yang ada di sekitarnya. Cerita dari beberapa kebudayaan unik inilah yang kali ini akan anehdidunia.com bagi kisahnya dalam Mengenal Sejarah Budaya Waria Dari Berbagai Negara, versi anehdidunia.com


Muxe - Meksiko






Muxe merupakan istilah kuno bangsa Meksiko yang dipakai untuk menggambarkan sebuah komunitas laki-laki yang gemar menggunakan pakaian perempuan dan berkencan dengan laki-laki heteroseksual. Kata Muxe sendiri berasal dari bahasa Zapotec yang berakar pada kebudayaan bangsa Oaxaca yang berasal dari wilayah Selatan Meksiko. Dalam kebudayaan bangsa Oaxaca Muxe diasumsikan sebagai gender dengan tugas perempuan setrik tradisional baik itu dalam urusan rumah tangga atau sekedar penghibur. Kebanyakan Muxe sendiri merupakan pria-pria yang gemar berpakaian perempuan dan berhias. Pada zamanya para Muxe biasa dijadikan pelampiasan cinta bagi mereka yang belum berkeluarga. Namun meski begitu orang Meksiko percaya bahwa Muxe bukanlah golongan yang masuk dalam kategori LBGT.

Mereka percaya Muxe merupakan pembagian terstruktur mengenai gender tersendiri yang merupakan cuilan dari warisan budaya lokal milik nenek moyang mereka. Halnya saja setrik legalitas Muxe belum di akui sebagai salah satu gender resmi selain Pria dan Wanita pada aturan yang berlaku di Meksiko. Namun meski begitu para Muxe bebas untuk bekerja dan beraktivitas layaknya orang biasa. Profesi yang dijalani seorang Muxe biasanya mencakup pengrajin, penjahit, penenun, penyulam dan kadang juga pendekor altar Gereja. Mereka juga diperbolehkan untuk menikah baik itu dengan laki-laki maupun wanita.


Kathoey - Thailand




Thailand dan Waria merupakan suatu yang tak sanggup dipisahkan. Sudah semenjak usang masyarakat negri berjuluk Gajah Putih ini mengakui bencong sebagai salah satu gender. Dengan istilah ladyboy atau dalam bahasa lokal biasa disebut Kathoey, bencong di Thailand tak hanya merupakan cuilan dari budaya namun juga salah satu daya tarik pariwisata. Waria di Thailand juga tergolong aktif dalam kehidupan bermasyarakat, mereka biasanya hampir sanggup mengisi segala post pekerjaan tanpa khawatir akan mendapat penolakan.

Setrik fisik Kathoey bahwasanya terlahir sebagai laki-laki pada umumnya, hanya saja mereka menentukan untuk berganti kelamin dengan melaksanakan banyak sekali operasi plastik agar sanggup mirip wanita. Saat sudah melaksanakan transformasi ini, bencong Thailand biasanya akan sulit dibedakan dengan perempuan biasa sebab kecantikan mereka yang tak kalah dari perempuan pada umumnya. Kecantikan bencong Thailand bahkan sudah diakui dunia dengan seringnya kontestan bencong dari Thailand yang memenangkan kontes kecantikan transgender di dunia. Tapi anehnya meski setrik umum sudah diterima oleh masyarakat, setrik aturan pemerintah Thailand belum mengakui Kathoey, sebagai salah satu pembagian terstruktur mengenai gender yang resmi.


Hijra - India




Mungkin tak banyak orang yang tahu kalau sejat tahun 2014 yang lalu, Pemerintah India telah memberlakukan sistem 3 gender dalam sistem aturan mereka. Selain Pria dan Wanita di India sekarang ada satu gender lagi yaitu Hijra. Istilah Hijra dalam bahasa India kurang lebih berarti 'eunuch' atau hemaprodit (Istiah ilmiah untuk kelamin ganda) dalam bahasa Inggris. Istilah ini dipakai sebab seorang Hijra biasanya yakni orang yang setrik fisik lahir sebagai pria, namun dalam perkembanganya cenderung mempunyai sifat layaknya wanita.

Saat telah memasuki usia dewasa, seorang Hijra biiasanya akan melaksanakan sebuah upatrik berjulukan 'nirwaan,' sebuah proses dimana para Hijra akan menghilangkan penis, testis, dan skrotum yang mereka miliki dalam sebuah perayaan. Di India sendiri selain Hijra bahwasanya masih ada beberapa istilah lain untuk mengklasifikasikan pria-pria gemulai ini mulai dari Aravani, Aruvani sampai Jagappa. Tapi meskipun setrik aturan Hijra sudah diakui sebagai salah satu gender, seorang Hijra tetap tak sanggup menikah dengan laki-laki setrik resmi dimata hukum. Karena itu kebanyakan Hijra yang intinya memang mempunyai ketertarikan fisik terhadap laki-laki biasanya akan bekerja di lokalisasi setempat atau menjadi perempuan penghibur dalam atrik-atrik perayaan.


Fa'afafine - Samoa




Bangsa Samoa dikenal sebagai bangsa petarung yang berpengaruh baik di darat maupun laut. Namun meski begitu ternyata salah satu bangsa kuno ini ternyata juga menganut 3 sistem gender. Menurut sejarahnya konon nenek moyang orang Samoa yang di sebut Pre-Christian Samoa, percaya bahwa setiap individu mempunyai tugas gender berbeda yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat bukan fisik. Karena itu selain laki-laki dan wanita, terdapat pula kategori gender lain yaitu Fa'afafine. Bagi orang Samoa Fa'afafine, merupakan pembagian terstruktur mengenai gender ke3 yang merujuk pada seorang anak yang lahir dengan badan laki-laki namun sifat feminimnya justru lebih menonjol.

Keberadaan Fa'afafine sendiri bagi orang Samoa bukanlah hal yang tabu, sebab merupakan cuilan dari budaya nenek moyang mereka. Dalam budaya Samoa seseorang bebas untuk menjalani kehidupan mirip apa yang mereka inginkan dan orang lain juga harus menghormati pilihan seseorang termasuk diantaranya dalam urusan gender yang dipilih. Hal ini bahkan diajarkan semenjak dini pada generasi muda Samoa yang diajarkan untuk mempunyai toleransi yang tinggi bahkan dengan mereka yang telah menentukan gender yang tak biasa mirip Fa'afafine. Hanya saja jangan membayangkanbahwa konsep Fa'afafine ini sama dengan kaum transgender dan honoseksual yang ada di Eropa dan Amerika. Karena Fa'afafine murni hanyalah cuilan dari budaya dan tak ada hubunganya dengan unsur sexualitas.


Bissu, Calalai dan Calabai - Bugis, Indonesia




Meski sudah banyak ditemukan di kota-kota besar, sampai ketika ini Waria masih menjadi hal yang amat tabu bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Keberadaan bencong sering kali dihubungan dengan penyakit masyarakat maupun penyimpangan sosial yang terjadi seiring dengan laju perkembangan jaman. Tapi meski begitu bahwasanya terdapat kebudayaan lokal Indonesia yang mengakibatkan Waria sebagai sentralnya. Kebudayaan tersebut berasal dari suku Bugis di Sulawesi yang bahkan mempunyai pembagian terstruktur mengenai gender sampai 5 golongan. Selain laki-laki dan wanita, ada juga Bissu, Calalai (tomboi), dan Calabai (waria). Nah khusus untuk Bissu ini mereka mempunyai kedudukan istimewa sebab merupakan figur spriritual yang konon sanggup menghubungkan insan dengan dewa.

Dalam kepercayaan orang Bugis, Bissu dianggap sebagai kombinasi antar gender yang cukup istimewa sebab mereka dianggap sebagai orang yang berada pada posisi netral diantara 5 gender yang ada. Klasifikasi Bissu sendiri biasanya merupakan seorang yang terlahir sebagai laki-laki namun mempunyai kepribadian wanita. Hanya saja biasanya seorang Bissu sudah tak mempunyai ketertarikan pada hal-hal duniawi semacam sex dan lainya. Hal serupa juga berlaku dengan Calalai dan Calabai yang biasanya hanya menangacu pada sifat seseorang. Calalai sendiri merupakan seorang perempuan yang mempunyai prilaku dan kebiasaan mirip laki-laki, namun mereka tak berminat menjadi lelaki. Seorang Calalai hanya tertarik dengan hal maskuli dan bahagia melaksanakan pekerjaan laki-laki mirip menjadi pekerja di industri logam. Sedangkan Calabai yakni kebalikan Calalai yaitu seorang laki-laki yang mempunyai sifat feminim. Seorang Calabai biasanya akan berperan dalam urusan dapur dalam persiapan pesta layaknya seorang wanita.

Sahabat anehdidunia.com itulah beberapa kebudayaan di dunia ini yang mengakui adanya sistem gender ke 3. Masalah benar atau salahnya praktik yang di anut budaya-budaya ini, semua tentu tergantung pada fatwa masyarakat tersebut. Sebagai orang luar kita hanya sanggup menghargai kebudayaan kuno tersebut tanpa turut campur dengan sejarah yang ada.

Referensi:
yukepo.com/life/tak-hanya-pria-dan-wanita-inilah-5-budaya-dengan-klasifikasi-gender-yang-berbeda
en.wikipedia.org/wiki

Posting Komentar untuk "Mengenal Sejarah Budaya Bencong Dari Aneka Macam Negara"