Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mempertanyakan Ukhuwah Kita

Prof DR H Burhan Jamaluddin, MA

 
Ukhuwah berasal dari akar kata yang pada mulanya berarti “perhatian”. Makna ini memberi kesan, bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Secara majaziy, kata ukhuwah (persaudaraan) meliputi persamaan salah satu unsur ibarat suku, agama, profesi, dan perasaan. 

Dalam Al-Qur’an terdapat 52 kata ukhuwah. Dari sekian kata ukhuwah dalam Al-Qur’an sanggup difahami, bahwa kata ukhuwah berarti : 

1, Saudara kandung atau saudara seketurunan. (lihat QS An Nisa’: 23). 
2, Saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga. Seperti doa Nabi Musa yang diabadikan Al-Qur’an surah Thoha : 29 
3, Saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama. (lihat QS Al A’raf : 65). 
4, Persaudaraan seagama. (QS Al Hujurat : 10). 

Rasulullah SAW dikala haji wada’ telah menegaskan betapa pentingnya persaudaraan sesama muslim. Ini sesuai pidatonya yang cukup populer : Wahai manusia, gotong royong Tuhanmu satu, yaitu Allah SWT yang maha Esa, gotong royong nenek moyang kau satu, yaitu Adam as. Kamu semua dari Nabi Adam, dan Nabi Adam dijadikan dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di Akhirat nanti yaitu yang paling taqwa di antara kau sekalian. Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan non Arab, kecuali alasannya yaitu ketaqwaanya kepada Allah. 

Rasulullah SAW juga bersabda : Perumpamaan antara orang mukmin dengan sesama mukmin dalam berkasih sayang dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota badan merasa sakit, tentu seluruh anggota badan lainnya mencicipi sakit juga. Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda : Perumpamaan orang mukmin dengan mukmin lainnya, bagaikan satu tembok yaitu antara satu tembok dengan tembok yang lain saling menguatkan, sehingga tidak gampang roboh. 

Pada masa Rasulullah, orang bertanya kepada orang lain wacana agamanya. Jika orang yang ditanya tersebut menjawab : saya orang muslim, maka yang bertanya tadi akan menjawab : “Anda yaitu saudara saya”. 

Begitu akrabnya orang-orang Islam pada waktu itu, tanpa dihalangi olrh perbedaan suku dan ras, bahkan perbedaan warga negara. 

Untuk memantapkan ukhuwah tersebut Al –Qur’an memperlihatkan beberapa petunjuk sebagai berikut : 
a. Islam memperlihatkan konsep khalifah, yaitu sama-sama sebagai khalifah Allah di atas muka bumi. 
b. Untuk mewujudkan persaudaraan anta pemeluk agama, Islam memperkenalkan pemikiran : lakum diinukum waliya diin ( Bagimu agamamu dan bagiku agamaku). 
c. Untuk memantapkan persaudaraan antar sesama muslim, Al-Qur’an pertama kali menggaris bawahi perlunya menghindari segala macam perilaku lahir bathin yang sanggup memperkeruh relasi di antara mereka. (lihat QS al Hujurat : 11) 
d. Untuk memantapkan ukhuwah dalam menghadapi perbedaan pemahaman dan pengamalan agama terdapat tiga konsep : 

1. Tanawu’ al ibaadah, yaitu mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam bidang pengamalan agama, yang mengantarkan kepada akreditasi akan kebenaran semua praktek keagamaan, selama semuanya merujuk kepada Rasulullah. Kita tidak perlu mewaspadai pernyataan ini, alasannya yaitu dalam konsep yang dikenalkan ini, agama tidak memakai pertanyaan berapa 5+5?, melainkan jumlah 10 itu hasil penambahan berapa dtambah berapa? 

2. Al Mukhti’u fi al ijtihad lahu ajrun (yang salah dalam berijtihad menerima pahala). Ini berarti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama’, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi pahala oleh Allah. 

3. Laa hukma lillah qabla ijtihad al mujtahid. Berarti hasil ijtihad itulah yagn merupakan aturan Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda. Sama halnya gelas-gelas kosong yang disediakan oleh tuan rumah dengan banyak sekali macam minuman. Tuan rumah mempersilakan masing-masing tamunya menentukan minuman yagn tersedia sesuai selera masing-masing tamu. Tamu tidak sanggup disalahkan alasannya yaitu pilihannya berbeda-beda. 

Lalu ke mana ukhuwah kita yang digariskan oleh Al-Qur’an dan Al Hadist? Memang tidak gampang mewujudkan konsep ukhuwah yang diberikan oleh Islam, alasannya yaitu beberapa faktor. 

1. Faktor kelompok keagamaan. Ada kelompok Syiah, ada kelompok Sunni, ada NU, ada Muhammadiyah dan kelompok-kelompok keagamaan lainnya. Yang sanggup jadi mempunyai kepentingan masing-masing. 
2. Faktor ketidaktahuan wacana pemikiran Islam. Sempitnya wawasan keagamaanya. Atau mungkin tahu sebagian saja, kemudian dijadikan sebuah faham yang paling benar, sehingga yang lain yang berbeda dengan dia, beliau anggap salah. Bahkan memfonis sudah keluar dari pemikiran Islam. 
3. Faktor politik. Beda partai. Kita masih ingat bagaimana sejarah perang Shiffin, antara Muawiyah dan Ali bin Abi Tholib. Yang menewaskan ribuan kaum muslimin akhir perang saudara ini. 
4. Faktor Nasionalisme. Kita anggap negara lain walaupun secara umum dikuasai Islam alasannya yaitu di negara lain, mereka kita anggap musuh. Kita lihat insiden perang antara Iraq dengan Iran, berperang kurang lebih selama 10 tahun. 

Mudah-mudahan Allah sanggup mempersatukan kita, menyebabkan muslim yang sanggup hidup dengan bersaudara, walaupun beda faham, beda partai, beda bangsa dan perbedaan-perbedaan yang lainnya. 


Posting Komentar untuk "Mempertanyakan Ukhuwah Kita"