Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membumikan Watak Mulia Dalam Kehidupan

Muhammad Sholeh Drehem, LC, M.Ag 



Misi Rasulullah SAW diturunkan ke dunia ini yaitu untuk penyempurnaan budbahasa . Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh saya diutus (Allah SWT) hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. HR Bukhori. Hampir semua syariat yang Allah perintahkan kepada umat manusia, apapun bentuk syariat itu ujung-ujungnya bergotong-royong kita diajak untuk menata akhlak. Baik budbahasa terhadap Allah maupun budbahasa insan dengan sesamanya. Bahkan budbahasa kita terhadap lingkungan sekitar. 

Perintah melakukan shalat, merupakan syariat Allah yang harus kita laksanakan, yang ujungnya juga menata akhlak. (QS Al Ankabut : 45) Laksanakanlah shalat, alasannya sesungguhnya shalat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Makara essensi shalat, kalau kita ingin melihat apakah shalat kita benar atau tidak dampaknya budbahasa yang kita rasakan di lapangan. Menunaikan zakat juga merupakan syariat Islam yang diperintahkan untuk menunaikan kalau sudah hingga nishab akan harta yang dimiliki. Tujuan dari zakat itu yaitu semoga tidak terjadi kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin. Yang miskin memperhatikan kewajibannya kepada yang kaya, begitu juga yang kaya juga memperhatikan haknya orang miskin. Saling memperhatikan antar sesama muslim menyerupai ini yaitu terkait dengan akhlak. 

Puasa di bulan Ramadhan. Satu bulan kita digemleng oleh Allah SWT, tidak makan, tidak minum, tidak bermaksiyat kepada Allah SWT. Di ketika perut kita kosong, keroncongan, muncul perasaan iba, mencicipi penderitaan betapa saudara-saudara kita yang tidak bisa makan dengan tepat selama satu bulan bahkan bertahun-tahun. Kita diuji oleh Allah SWT untuk merespon perintah yang satu ini. Dalam sebulan setiap tahun kita dididik untuk menahan nafsu makan, nafsu di bawah perut kita, dan menjaga akhlak-akhlak yang lain. Dengan puasa ada kesabaran dan sabar itu duduk kasus akhlak. Dengan puasa ada kejujuran dan itu juga duduk kasus akhlak. Dengan puasa akan muncul perasaan iba antara satu dengan yang lain, itu juga duduk kasus akhlak. 

Begitu juga dalam perintah ibadah haji. Kita dilatih untuk berjuang, meninggalkan keluarga, memperlihatkan kepasrahan kita kepada Allah. Berkumpul dengan berjuta-juta muslim di dunia, dengan pakaian yang sama, dengan niat yang sama, dengan tujuan yang sama, dengan talbiyah yang sama. Maka akan muncul ukhwah di antara kita, akan muncul tolong menolong . 

Untuk mewujudkan budbahasa yang seharusnya kita miliki, Pertama, kita perhatikan Akhlak kita kepada Allah SWT. Beberapa bulan yang kemudian saya diberi kesempatan oleh Allah berkunjung ke Gaza, Palestina. Satu kota yang sangat kecil, mungkin sepertiganya Surabaya, yang secara teroterial Palestina sudah dikuasai oleh Israil, 60% dikendalikannya. Namun tidak bisa pencaplok Gaza. Rahasianya ada dua, pertama, budbahasa terhadap Allah sangat kokoh. Hal ini terbukti bahwa respon dalam melakukan shalat sangat luar biasa. Ukurannya situasi jamaah shalat Shubuh di masjid. 

Setiap shalat Shubuh masjid hampir penuh. Saya merenung, mungkin alasannya ini, sehingga mereka dijaga oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda : “Kalau seseorang shalat shubuhnya tepat waktu di masjid, maka ia dalam pengawasan, pemeliharaan dan penjagaan Allah”. Kedua, mereka berinteraksi dengan Al Qur’an. Bahkan perdana menterinya, menawarkan anggaran tidak terbatas, setiap ada program-program tahfidh, kegiatan pengembangan kajian Al Qur’an. Dia tidak ingin seorangpun di Gaza yang tidak bisa membaca Al Qur’an. Tentaranya rata-rata hafal Al Qur’an 5-10 juz, pasukan khusus ( Al Qassam) mereka hafal 20-30 juz. Maka, semakin kita akrab dengan Al Qur’an maka kita akan dijaga oleh Allah. (Q.S Al Isra’ :45) 

Kedua, Akhlak dengan sesama manusia. Perlu diketahui, bahwa orang-orang Madinah masuk Islam bukan duduk kasus dogma yang pertama kali dirasakan oleh mereka. Tetapi, mereka terkesima melihat budbahasa Rasulullah SAW. Pada suatu hari seorang Badui tiba meminta kepada Rasulullah SAW. “Hai Muhammad berikan kepadaku apa yang oleh Allah diberikan kepadamu”. Saat itu kaum muslimin gres menang dalam perang Hunain, sehingga Nabi memiliki harta rampasan perang kambing. Beliau menjawab : “Kambing yang ada di bukit antara dua gunung itu ambil semua!”. Orang Badui ini galau : “Ya Muhammad, saya cuma minta satu atau dua ekor kambing saja”. Rasulullah menjawab : “Itu semua milikmu”. Kemudian orang Badui itu berteriak kepada kaumnya :“Wahai kaum, marilah masuk Islam bersama-sama, Muhammad telah menawarkan sebuah proteksi yang ia tidak takut akan kefakiran. 

Perlu kita renungkan hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW : “Sungguh yang terbaik di antara kau yaitu yang paling baik akhlaknnya). Dan tidak ada sesuatu yang nanti paling memberatkan timbangan seseorang pada hari selesai zaman dari budbahasa yang baik. Sungguh seorang dengan akhlaknya yang baik, nanti ia akan berada pada posisi yang terhormat, di dunia, bahkan di surga, walaupun ia bukan orang yang andal ibadah. Seorang yang akhlaknya yang rusak, ia berada pada neraka jahannam, yang paling bawah, walaupun ia andal ibadah. 

Posting Komentar untuk "Membumikan Watak Mulia Dalam Kehidupan"