Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Mata Hari Sang Penari Erotis

Membahas hal kontrkelewat / oversial memang sangat menarik untuk di ulas, menurut atas pembagian terstruktur mengenai Wanita perempuan paling kontrkelewat / oversial yg sanggup sobat anehdidunia.com baca DISINI, kali ini kita bakal menjabarkan Keliru satu dari perempuan kontrkelewat / oversial tersebut yg kisahnya sempat diangkat karna kasusnya digolongkan kasus paling dirahasiakan. Gadis Belanda yg berjulukan Margarethe Gertruide Zelle ialah seorang perempuan Belanda di kala PD-I menjadi penari orientalis dan spion politik untuk pemerintah Jerman dan Perancis. Dia lahir di Leeuwarden, Belanda. Saat beliau berusia 19 tahun, tepatnya tahun 1895, beliau dinikahi oleh Rudolph Macleod,(39 tahun). Rudolph ialah perwira tinggi militer Belanda yg bertugas di Indonesia. Pasangan gres menikah ini diboyong ke Indonesia, pertama kali tinggal di Semarang.


Margarethe bahagia dengan rumah di Semarang yg nyaman. Tak berapa usang lagi, suaminya Musti berpindah kiprah ke Malang, di tempat Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian Serimpi yg ditarikan di candi-candi tersebut. Kemudian Suaminya dipindah tugaskan ke Sumatra. Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatra. Tahun 1902 pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak perempuannya.

Masih tahun yg sama Margarethe pergi ke Paris, dengan tujuan bakal berguru balet yg kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah klab malam. Dia mencoba menari sebisanya bergaya tarian Jawa. Apalagi beliau dulu sering melihat tari Serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun beliau variasi sendiri. Bahkan Margarethe tolong-menolong tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran.

Tarian beliau membuat gebrakan baru. Bukan saja beliau bakir menari orientalis di mata orang Paris, namun beliau juga menari dengan eksotik dan telanjang. Dalam waktu singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropa lainnya terkesima dengan penampilannya. Saat banyak media menyorotnya. Dia mengaku jikalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi. Kebohongannya membuat publik makin yakin. Apalagi sehabis nama yg tolong-menolong sebagai istri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI. Nama itu kedengarannya sangat asing di indera pendengaran orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yg hitam kelam dan kulitnya yg kecoklatan. Tapi bibir dan matanya tampak bukan menyerupai orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.

Seorang yg dibentuk tergila-gila pertama kali ialah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun basuh dari kota Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah mendirikan museum yg mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan beliau juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yg didapat Mata Hari Saat itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melaksanakan pertunjukan sebanyak 35 kali. Penonton yg terbanyak di Olympia-Theater, beliau menerima bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping beliau pentas di pertunjukan umum, juga melayani pentas privat. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan sekarang cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan aristokrat yg menjadi pacarnya, tapi termasuk para perwira tinggi. Dia hidup dengan kemewahan.

Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang pengatrik berjulukan Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menghubungkan dengan sebuah distributor yg profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet kemudian menghubungkan dengan distributor teater terkenal berjulukan Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis yaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yg juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu usang untuk memperkenalkan kebolehannya ke publik. Apalagi ada pertolongan dari seorang aristokrat setempat. Kemudian beliau pergi lagi ke Wina, alasannya ialah beliau mendapatkan surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota kekaisaran Austria-Hongaria. Publik di Wina luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis bervariasi, beliau berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. Kemolekannya menyerupai seekor hewan liar.

Seorang perempuan anggun yg menyerupai dewi aneh, berkulit gelap menyerupai gelapnya malam. Sebuah media mewartakan, jikalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi wajahnya menyerupai gadis muda. Bahkan di bulan Desember di Belanda terbit sebuah buku berjudul:"The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter". Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, jikalau itu goresan pena ayahnya sendiri. Dia percaya, jikalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, alasannya ialah kepopulerannya.


Dugaan Spion ( Double Eye Spy )
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan internasional di seluruh Eropa. Perang bakal terancam meletus. Pada awal Agustus 1914 diumumkan perang telah meletus. Orang-orang di jalan murka dan beringas. Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yg berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi "Brasserie Viennoise" dan "Café Klein". Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau insan pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, Mengapa Margarethe mondar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, namun banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting.

Akhir bulan Juli 1914 Margarethe menjalin kekerabatan dengan seorang komandan polisi berjulukan Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana kaisar. Semboyan "Deutschland über Alles" mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena sasaran agresi anti orang asing. Suasana yg mencekam itu juga mengkhawatirkan keselamatan Margarethe. Kini beliau sudah berusia 38 tahun. Dia punya logika ke Paris lewat Zürich, Switzerland. Namun pada 7 Agustus beliau sudah berada di Berlin lagi.

Bukan saja beliau tanpa mitra di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda renta yg baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Agustus beliau meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tanggal 16 Agustus beliau tiba di Amsterdam. Pada 14 Desember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yg sudah tersohor itu. Tak begitu usang Margarethe menemukan pasangan barunya, Baron Edouard van der Capellen.

Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan kavaleri. Dia berusia 52 tahun. Dalam tempo sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan prostitusi. Sahabat anehdidunia.com pada tanggal 13 Maret 1915 Margarethe membaca koran Belanda yg memuat fotonya dengan judul "Madame Mata Hari". Dia duka menyesali masa jayanya yg sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron menyerupai terkekang. Pada Agustus 1915 Margarethe berulang tahun yg ke 39 tahun.

Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, alasannya ialah Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe mencoba kabur dan bakal kembali ke Paris lagi. Jalan yg beliau tempuh Musti berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggris, selat Biskaya ke Vigo,Spanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Desember 1915 menjadi sorotan distributor Prancis. Margarethe mengenakan pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi beliau merasa pernah menjadi bintang di Paris.

Pada suatu kesempatan Margarethe mengungkapkan: Suatu malam bulan Mei 1916 di Den Haag saya didatangi seseorang yg berjulukan Karl Kramer. Kramer memberitahu wacana hubungannya dengan Perancis. Dan beliau tanya aku, apakah kiranya saya sanggup sedikit berbuat yg sanggup membuat bahagia bangsa Jerman? Margarethe menirukan ajuan Kramer: "Jika kau sanggup bantu, saya besar hati dan saya sediakan bayaran sebanyak 20.000 Franc." Mendengar ajuan uang, Margarethe terpikat. Namun beliau butuh beberapa hari untuk mempertimbangkan. Bagi Margarethe tidaklah teramat sulit, alasannya ialah beliau sudah terbiasa berbuat naif dan menjalani liku-liku dengan banyak sekali kalangan elit. Margarethe mengajukan usulan, seandainya dirinya sanggup berbuat lebih, bisakah ditambah bayarannya? Dan Kramer menyetujui.

Akhirnya beliau menulis surat tanggapan ke Kramer, jikalau dirinya sanggup mendapatkan tawaran. Betapa bahagia Kramer, beliau cepat-cepat mendatangi rumah Margarethe sambil membawa uang kontan 20.000 Franc. Kramer juga membawa peralatan tulis diam-diam berupa tiga botol tinta. Dua botol diantaranya berupa tinta tanpa warna. Sedang sebuah botol berisi tinta berwarna biru kehijauan. Cairan di botol pertama berfungsi untuk melembabkan kertas. Cairan botol kedua untuk menulis informasi dan cairan di botol ketiga untuk menghapus. Margarethe tampak heran dengan peralatan diam-diam itu. Tapi beliau mempercayai Kramer. Tak hanya di situ persiapan sebagai distributor ata-mata. Namun ada sandi khusus yg Musti digunakan Margarethe yaitu sandi nomor: H21. Sandi nomor itu Musti ditulis sebagai tanda tangan. Dan semua beritaharus dikirim ke alamat Hotel de l`Europe di Amsterdam.

Lalu Margarethe dikirim ke Paris, untuk mengirim berita-berita yg penting. Tapi Margarethe tak tahu apa-apa wacana kiprah yg bakal dilakukan. Memang antara dunia spionase dan seks sangat erat. Orang-orang yg penting posisinya dan intelek sekalipun tetap bakal bertekuk lutut di atas ranjang. Di Paris petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia berjulukan Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yg ke 40 itu, cowok Vadime bercinta di kamar Grand Hotel.

Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berujar, selama hidupnya beliau hanya bercinta dengan para perwira. Suatu hari sebuah petaka menimpa pada Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia Musti dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diharapkan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di kantor itu juga digunakan sebagai kantor distributor spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, setrik kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat.

Makin diketahui, jikalau Ladoux tolong-menolong ketua spion Perancis. Margarethe ditawari, untuk bekerja sebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa honor yg diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. "Satu Juta Franc", jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya, alasannya ialah honor sejumlah itu sama dengan honor untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mencurigai, jikalau Margarethe tolong-menolong ialah spion untuk Jerman. Mendengar seruan honor yg kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe mencoba meyakinkan lagi. Jika dirinya juga kenal orang penting di Jerman berjulukan Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. Karena memang beliau orang penting Jerman.

Dari sini Ladoux makin yakin, jikalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba bakal menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc. Pada 13 Pebruari Albert Priole, komandan polisi mengetuk pintu kamar hotel,tempat Margarethe menginap. Polisi itu membawa surat perintah penahanan dan tertulis: "Madame Zelle, Margarethe dengan nama Mata Hari, beragama kristen protestan, lahir di Belanda 7 Agustus 1876, tinggi 1,75, sanggup baca tulis telah dinyatakan terdakwa sebagai spion yg berbagi informasi ke musuh." Margarethe resmi menjadi tahanan di Palais de Justice. dibawah pengawasan kapten Pierre Bouchardon. Kapten Bouchardon terus mempelajari dokumen yg dikirim dari kantor Ladoux.

Margarethe dikeluarkan dari sel untuk dilakukan pemeriksaan. Kesibukan investigasi makin ditingkatkan, kasus per kasus yg telah terlewati dipertanyakan pribadi pada Margarethe. Hasil pemeriksaan, sangat diragukan loyalitas Margarethe sebagai spion Perancis. Dia dituduh berbohong dan terang terbukti sebagai spion Jerman. Margarethe mengelak dan justru mengaku bekerja untuk Ladoux. Buktinya beliau sudah mengirim informasi penting dari Madrid. Dalam investigasi Ladoux tidak ada di tempat. Margarethe meminta menghadirkan Ladoux. Pada 10 April pihak kepolisian menyerahkan bukti investigasi pada zat-zat kimia yg digunakan Margarethe. Sebuah botol tinta bertuliskan: Beracun, ternyata sebuah tinta tanpa warna itu dari materi kwalitas terbaik. Saat temuan polisi itu diutarakan Margarethe oleh Bouchardon. Margarethe mengelak, beliau mengaku memesan di Spanyol.

Pada 25 Juli 1917 sebuah sidang tertutup digelar dengan penjagaan ekstra ketat. Beberapa saksi dan pejabat militer perang hadir. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodorkan delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu pengadilan perang Perancis menjatuhkan sanksi mati pada Margarethe. Pelaksanaan sanksi mati pada Senin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, potongan timur kota Paris. 12 resimen Maknaleri siap dengan senapan di sebuah pagi yg cuek dan berkabut.


Sedang usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun. Sehari sehabis pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, banyak sekali media internasional memberitakan. "The Time" memberitakan penari Mata Hari telah dieksekusi tembak. "Daily Express", juga melangsir informasi dengan judul "Spion anggun Mata Hari dieksekusi mati". "New York Times" menulis, penari dan petualang Mata Hari dijatuhi sanksi mati. Dia diambil dari penjara St.Lazare dan dibawa ke Vincennes untuk dihadapkan regu tembak.

"Le Figoro" mengabarkan, spion Mata Hari dieksekusi mati dan mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yg sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akhir pendarahan di otak. Berita terakhir yg sempat disiarkan oleh On The Spot menyatakan bahwa kesudahannya kasus yg dirahasiakan itu terungkap dan menyatakan bahwa Mata Hari bukanlah seorang mata-mata.


referensi: /search?q=wanita-paling-kontrkelewat / oversial-dalam

Posting Komentar untuk "Kisah Mata Hari Sang Penari Erotis"