Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suku Pengelana Yang Sekarang Diambang Kepunahan

Suku pengelana atau yang biasa disebut sebagai suku nomaden, merupakan sebuah kelompok masyarakat yang hidupnya tak menetap dan sering berpindah-pindah sesuai dengan musim. Kebanyakan suku ini biasanya bertani maupun mengembala ternak. Di Indonesia sendiri kita mengenal Suku Anak Dalam yang juga merupakan suku panganut gaya hidup nomaden dengan berpindah-pindah daerah tinggal untuk bercocok tanam. Dan seiring dengan perkembangan jaman, suku nomaden macam ini mulai tergerus oleh kemanjuan teknologi dan kian terancam punah.

Dengan kian modernya kehidupan masyarakat jaman sekarang, suku-suku nomaden yang ada di seluruh dunia, mau tak mau disudutkan dengan pilihan untuk tetap mempertahankan gaya hidup pengelana mereka atau menentukan untuk hidup menetap layaknya orang pada umumnya. Terlebih dengan kian berkurangnya sumber daya alam ketika ini, usaha suku pengelana ini untuk tetap bertahan dengan gaya hidup nenek moyang mereka kian sulit. Karena itu kali ini anehdidunia.com akan mengembangkan dongeng dari beberapa suku pengelana yang masih setia dengan gaya hidup nomaden mereka dalam, Suku Pengelana Yang Kini Diambang Kepunahan, versi anehdidunia.com


Suku Bushmen - Wilayah Selatan Afrika



Suku Bushmen yang mendiami Afrika khususnya di wilayah selatan benua ini merupakan suku nomaden tertua dalam sejarah yang masih bertahan hingga ketika ini. Suku ini sering terlihat hidup di di sekitar negara Botswana, Angola, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Suku yang diperkirakan sudah memulai gaya hidup nomaden semenjak 20 ribu tahun yang kemudian ini, mulai berkurang drastis jumlahnya ketika para penjelajah Eropa memulai eksebisinya di benua Afrika dan melaksanakan pembataian besar-besaran pada suku Bushmen. Sahabat anehdidunia.com akhir pembantaian ini ketika ini jumlah suku Bushmen diperkirakan hanya ada sekitar 100.000 orang saja. Hebatnya hingga ketika ini suku yang kehidupanya pernah di angkat dalam film "Good Must Be Crazy" masih tetap setia dengan gaya hidup nomaden. Mereka hidup berpindah-pindah dan hanya mengkonsumsi apa yang mereka sanggup dari alam tanpa sedikitpun tertarik dengan gaya hidup modern yang mulai merambah benua Afrika.


Suku Nukak'Maku - Kolombia



Nukak-Maku merupakan suku nomaden terakhir yang masih ada di Kolombia. Suku ini awalnya sempat dinyatakan punah alasannya tak lagi ditemukan, hingga pada tahun 1980-an suku ini kembali diketahui keberadaanya. Namun hal tersebut tetap tak merubah fakta bahwa suku ini kini kian menipis populasinya, akhir banyaknya orang asing yang masuk kewilayah mereka dan kian berkembangnya perkebunan kola yang menggerus wilayah perpindahan suku ini. Sahabat anehdidunia.com selain kedua faktor kunci tersebut, suku Nukak-Maku juga harus berhadapan dengan dilema krisis masakan dan juga banyak sekali penyakit yang menyerang mereka. Hutan tenpat tinggal mereka yang dulunya penuh dengan binatang buruan dan banyak sekali buah-buahan kini telah berganti menjadi perkebunan kola yang membuat suku ini kesulitan untuk mencari sumber pasokan masakan ditambah dengan wabah malaria yang sering menyerang suku ini, membuat jumlah Suku Nukak-Maku kian hari kian menipis dan diambang kepunahan.


Suku Qashqai - Iran



Qashqai merupakan nama dari sebuah suku penggebala ternak asal Iran yang hidup setrik nomaden semenjak jaman duhulu. Suku ini terus berpindah-pindah daerah tinggal sesuai dengan ekspresi dominan yang ada untuk menjamin ketersediaan pakan bagi binatang yang mereka ternak. Suku ini tak punya jalur yang khusus ketika berpindah tempat, mereka biasanya akan pergi ke wilayah yang terdapat tanaman dan air yang di jadikan masakan bagi ternak mereka. Kebiasaan beternak ini sudah bebuyutan di jalankan oleh suku Qashqai yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Sahabat anehdidunia.com semenjak dulu nenek moyang mereka mengandalkan hidupnya dengan memelihara domba, kambing, keledai, dan kuda yang dipakai untuk perdagangan dan juga makanan. Selain beternak suku ini juga populer dengan kepiawaianya dalam menghasilkan kerajinan tangan berupa kain tenun. Keindahan kerajinan kain dari suku Qashqai bahkan merupakan buruan para kolektor dunia alasannya sudah populer keindahanya. Namun seiring dengan perkembangan jaman, sebagian besar suku Qashqai sudah lebih menentukan untuk tinggal dan menetap di suatu wilayah. Mereka mulai mendirikan rumah permanen untuk tinggal namun masih mengandalkan sumper pendapatan utamanya dari beternak dan menenun. Hanya sedikit anggota suku Qashqai yang masih tinggal sejara nomaden dan menjadi penjelajah di gurun-gurun yang ada di Iran.


Suku Gabra - Kenya & Ethiopia



Suku pengelana selanjutnya berjulukan Gabra, sebuah suku pengelana yang biasa hidup berpindah-pindah diantara wilayah dua negara yaitu Kenya dan Ethiopia yang bertetanga. Orang Gabra biasanya akan membuat pemukiman sementara di sebuah wilayah dan menempati daerah tersebut selama beberapa waktu. Suku Gabra gres akan berpindah daerah jikalau merasa sudah tak ada pasokan masakan yang cukup bagi binatang ternak di wilayah yang mereka diami. Sahabat anehdidunia.com suku ini juga dikenal dengan julukan Suku Unta, alasannya lebih banyak didominasi binatang ternak mereka adala Unta. Hewan ini banyak dipelihara oleh orang Gabra alasannya ketahanan mereka terhadap cuaca panas dan kurangnya pasokan air. Unta yang mereka pelihara juga sangat jarang disembelih untuk konsumsi, suku Gabra biasanya hanya akan mengambbil susunya saja. Sedangkan untuk kebutuhan makan, suku ini lebih sering berburu binatang liar yang ada di hutan. Sayangnya ketika ini jumlah Suku Gabra yang tersisa hanya tinggal sedikit, akhir konflik berkepanjangan yang melanda Kenya.


Kuchi - Afganistan



Suku pengelana berikutnya berasal dari daratan Afganistan yang hingga kini masih dilanda konflik internal berkepanjangan. Suku tersebut ialah Kuchi, satu-satunya suku pengelana Afganistan yang masih sanggup bertahan hingga ketika ini. Namun kehidupan suku ini sekarang, sanggup dibilang cukup mengenaskan, alasannya banyak dari mereka yang di bantai baik itu oleh Taliban maupun orang-orang dari pertambangan minyak. Hal ini menjadikan jumlah dari suku Kuchi menurun dengan drastis dari dulunya berjumlah sekitar 2 juta jiwa lebih hingga hanya tinggal beberapa ratus ribu orang saja. Padahal suku ini telah mendiami Afganistan semenjak ribuan tahun yang kemudian dan sangat setia dengan gaya hidup nomaden mereka dengan berpindah daerah sesuai dengan ekspresi dominan yang ada.


Suku Tuareg - Gurun Sahara



Tuareg merupakan sebuah suku nomaden yang biasa berpindah-pindah di wilayah gurun Sahara. Berbeda halnya dengan kebanyakan suku pengelana dalam daftar ini yang terancam kepunahan. Jumlah suku Tuareg sanggup dibilang cukup banyak, ketika ini jumlah mereka diperkirakan sekitar 1.5 juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah gurun Sahara. Sahabat anehdidunia.com sama halnya dengan kebanyakan suku pengelana suku Taureg juga menggantungkan hidupnya dengan beternak. Hanya saja selain beternak suku ini juga melaksanakan perdagangan dengan warga di wilayah yang mereka singgahi. Suku ini juga memberlakukan hukum Kasta dalam komunitasnya, dimana ada dua golongan Kasta yaitu Bangsawan dan Pekerja. Dua Kasta ini mempunyai tugasnya masing-masing dimana Kasta pekerja akan mengurus ternak dan segala urusan yang berafiliasi dengan pekerjaan, sedangkan Kasta darah biru biasanya akan mengurusi dilema diplomasi pada pemerintah maupun kelompok masyarakan di wilayah yang mereka singgahi.


Suku Sami - Skandinavia



Suku penelana terakhir berasal dari wilayh terdingin yang ada di bumi. Suku tersebut berjulukan Sami, sebuah suku nomaden yang biasa hidup dengan berpindah-pindah di wilayah lingkar luar Kutub Utara. Suku ini biasanya akan sanggup ditemui di wilayah sekitar Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Rusia. Saat ini jumlah suku Sami sendiri diperkirakan hanya tinggal sekitar 70 ribu orang saja. Sahabat anehdidunia.com gempuran kemajuan dan teknologi telah membuat generasi muda suku ini, meninggalkan gaya hidup nenek moyang mereka yang biasa berkelana dalam kesederhanaan. Hanya ada beberapa saja yang masih menjalani gaya hidup nomaden di dinginya cuaca wilayah kutub. Mereka yang masih bertahan biasanya akan beternak rusa salju sebagai sumber pendapatan utama. Rusa-rusa kutub ini biasanyakan akan di jual pada warga sekitar atau di tukar barang dengan materi masakan yang tak sanggup didapat suku Sami, diwilayah yang mereka tempati.

Sahabat anehdidunia.com itulah suku-suku pengelana yang masih ada didunia ini, dan tengah berusaha mempertahankan gaya hidup nomaden mereka ditengah gempuran kemajuan jaman yang kian cepat. Suku-suku ini terbilang hebat alasannya tetap sanggup mempertahankan gaya hidup nenek moyangnya, sementara kebanyakan orang ketika ini justru kehilangan jadi dirinya di tengah kemajuan yang ada.

Referensi:
http://www.boombastis.com/suku-penjelajah/55990

Posting Komentar untuk "Suku Pengelana Yang Sekarang Diambang Kepunahan"