Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Sabar

Sabar menempati posisi yang sangat istimewa Hakikat Sabar

Sabar menempati posisi yang sangat istimewa
dalam aliran Islam. Ia yaitu pilar kebahagiaan
seorang hamba, sikap terpuji (akhlaqul karimah)
yang patut dimiliki guna meningkatkan derajat
manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi,
dan merupakan sifat yang sanggup mengendalikan
emosi dari sikap yang tercela. Sabar juga
merupakan saran untuk meraih pertolongan
Allah secara cepat.

Makna dan Hakikat Sabar
Secara bahasa, tabah artinya 'menahan' (al-
habsu), maik dalam perngertian fisik seperti
menahan rasa sakit akhir pukulan yang keras,
sakit yang berat, dan pekerjaan yang
melelahkan, maupun dalam pngertian psikis
seperti menahan diri dari godaan hawa nafsu
dan menahan diri dari suatu penderitaan, baik
karena menemukan sesuatu yang tidak
diinginkan maupun sebab kehilangan sesuatu
yang disenangi.

Kata tabah , asal kata 'sabar', terdiri dari tiga
huruf, yakni shad, ba', dan ra'. Makna kata
tersebut berkisar pada tiga hal, yaitu 'menahan',
'ketinggian sesuatu', dan 'sejenis batu'. Dari
akar kata ini, juga diperoleh bahwa arti, antara
lain 'gunung yang tegar', 'batu yang kokoh',
'awan yang menaungi', 'tanah yang gersang',
dan 'sesuatu yang pahit'.
Menurut Al-Ashfahani, tabah mempunyai nama yang
bervariasi sesuai artinya dan tergantung pada
konteksnya. Tabah dalam menghadapi musbiha
dinamakan shabar, lawan katanya yaitu al-juz'u
yang berarti 'keluh kesah'. Tabah dalam
menghadapi syahwat perut dan seks dinamakan
'iffah, yang berarti 'kehormatan' atau 'martabat
diri'. Menahan diri dalam hal kekayaan disebut
zuhud, lawannya yaitu bathar yang berarti
'lupa daratan'.

Dalam konteks peperangan, tabah dinamakan
syaja'ah yang berarti 'berani', lawan katanya
adalah al-jubnu yang berati 'pengecut'. Tabah
dalam perasaan yang melegakan dinamakan
rahaba ash-shadru yang berarti 'lapang dada',
lawan katanya yaitu adh-dhajru yang berarti
'sempet hati'. Menahan murka disebut hilm,
lawannya yaitu menggerutu.
Tabah dalam kaitan dengan penggalan rezeki dari
Allah disebut qana'ah yang berarti 'rela' datau
'puas', lawannya yaitu thama', yang berarti
'rakus'. Terakhir, menahan pembicaraan yang
tidak pernting dinamakan kitman, yang berarti
'menyembukikan', lawannya yaitu bingung
atau gelisah yang menciptakan omongan tidak
karuan.

Secara istilah, tabah mempunyai arti yang
beragam. Berikut ini pendapat para ulama
mengenai pengertian sabar.

1. Al-Gazali menjelaskan, tabah adalah
kesanggupan untuk mengendalikan diri
ketika hawa nafsu bergejolak atau
kemampuan untuk menentukan melakukan
perintah agama tatkala tiba desakan hawa
nafsu. Artinya, ketika nafsu menuntu kita
berbuat sesuatu, kita menentukan melaksanakan apa
yang dikehendaki oleh Allah.

2. Ibnu Qayyim Al-Juziyah mengatakan, sabar
adalah menahan perasaan dari gelisah, putus
asa, dan amarah,menahan pengecap untuk tidak
mengeluh, dan menahan anggota tubuh
untuk tidak menyakiti orang lain.

3. Asy-Syarifah Ali Muhammad Al-Jurjani
menyebutkan, tabah yaitu sikap tidak
mengeluh sebab sakit, baiak sebab Allah,
Apalagi bukan sebab Allah.

4. Junaid Al-Baghdadi mengibaratkan sabar
dengan "mereguk sesuatu yang pahit tanpa
cemberut".

5. Dzun Nun Al-Misri Mendefinisikan sabar
dengan "menjauhi larang, hening ketika
menenggak musbiah, dan menampakkan diri
sebagai orang yang cukup meski bukan
orang yang berada".

6. Abu Qasim Al_Junaidi menuturkan bahwa
sabar yaitu menahan diri atau membatasi
jiwa dari impian – keinginannya demi
mencapai sesuatu yang lebih baik, atau
bertahan dalam kesempitan dan himpitan.

7. Al-Qusyairi mengertikan tabah sebagai sikap
menerima dengan penuh kerelaan ketetapan-
ketetapan Tuhan yang tidak terelakkan lagi.

Dari banyak sekali pengetian di atas, dapat
dipahami bahwa tabah yaitu gambaran
jiwa seseorang dalam menghadapi aneka
cobaan dan perkara hidup dengan tetap
semangat melaksanakan usaha, gigih dan
tidak putus asa, sambil berpegangan
teguh pada tuntunan Allah SWT.

Sumber : Rahasia Superdahsyat dalam
SABAR & SHALAT

Posting Komentar untuk "Hakikat Sabar"