Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jagad Cilik & Jagad Gede


Menurut ilmu Geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) proses terbentuknya bumi ini kira-kira 250.000 juta tahun. Dari rentang waktu yang begitu usang dari jaman saat insan belum bisa disebut insan hingga kini, alam telah menunjukkan konstribusi yang begitu besar bagi peradaban manusia, begitu pula sebaliknya.

Sebenarnya insan hanyalah barang sepele. Ia hanya sebentuk sosok yang sangat tergantung pada fungsi fikirannya.

Ketika peradaban dimulai, pada jaman Nabi Adam as, insan telah memiliki keyakinan adanya kekuatan besar diluar kekuatan manusia. Kekuatan yang maha dahsyat yang menguasai segalanya. Disamping menyakini adanya penguasa tunggal (Tuhan) ada pula kepercayaan akan adanya kekuatan kedahsyatan alam. Seperti gunung, matahari, bulan, laut, kerikil besar, hewan dan sebagainya. Yang apabila sanggup menyanjungnya pasti kekuatan besar tersebut akan baik pula kepada manusia. Maka mulailah sebagian insan memuja dan menyembah segala sesuatu yang berbentuk besar dan dahsyat. Kepercayaan ibarat ini disebut Dinamisme.

Selain itu, berkembang pula, seiring dengan berkembangnya fungsi fikiran / pola fikir insan yaitu adanya kepercayaan menyembah Roh penguasa, roh nenek moyang (leluhur). Kepercayaan ini disebut Animisme.

Hingga sekarang budaya menyembah kekuatan alam dan roh leluhur itu masih ada.

Disinilah terjadi adanya kekerabatan antara insan dengan alam. Secara fisikal, pola kekerabatan insan dengan alam yaitu diwujudkan dalam pernafasan (prana). Bahwa insan membutuhkan hawa untuk hidup, tanpanya insan akan mati. Sedangkan hawa berasal dari alam. Maka terus menerus antara insan dan alam saling berhubungan.

Sesungguhnya insan merupakan perwujudan kecil dari dunia. Manusia yaitu miniatur alam semesta. Apa yang terdapat didunia ini sesungguhnya ada di dalam diri manusia. Alam semesta yang memiliki pusat-pusat energi, dalam badan insan pun terdapat pusat-pusat energi. Unsur-unsur yang terdapat didalam alam, ada dalam diri manusia. Zat yang terkandung dalam badan insan berasal dari zat yang terdapat di alam. Mengandung unsur-unsur yang berasal dari tanah, air, udara, flora dan sinar matahari.

Maka insan disebut sebagai alam kecil : jagad cilik : bawana alit : microkosmos. Sedangkan alam disebut sebagai alam raya (semesta) : jagad gede : bawana ageng : macrokosmos.

Pada hakekatnya insan digambarkan lebih besar dari jagad raya. Karena apa yang terlihat besar dan seram itu bekerjsama sanggup masuk kedalam diri manusia.

Antara jagad cilik dan jagad gede, terdapat saling keterkaitan. Kehidupan insan akan dipengaruhi oleh alam dan kehidupan alam juga akan terpengaruh dengan keberadaan manusia. Jelas bahwa kita tidak bisa hidup tanpa makanan, air, udara dan matahari. Begitu pula alam. Manusia dalam pandangan alam menjadi sebuah pedang bermata dua. Artinya insan sanggup menjadi faktor kelangsungan ; kelestarian hidup alam, yang karenanya alampun menunjukkan kelestarian hidup bagi manusia. Namun insan juga bisa menjadi penyebab kerusakan / kemusnahan alam. Terjadinya perang contohnya.

Ribuan binatang, flora dan ekosistem alam musnah jawaban senjata perang dan kemajuan teknologi insan dengan alat-alat modernnya yang tidak ramah lingkungan. Dalam perang, insan saling bunuh cuma untuk memperluas wilayah ataupun melindungi wilayah kekuasaannya.

Merampas ataupun melindungi alam dengan cara saling menghilangkan nyawa tetap belum bisa disebut kebajikan.

“…apabila ada dua orang saling bertikai hingga mengakibatkan kematian, sesungguhnya keduanya, baik yang membunuh maupun yang dibunuh akan masuk neraka” (hadist Nabi Muhammad).

Mengapa demikian? Jika yang membunuh masuk neraka itu masuk akal tapi kok yang dibunuh..?? Karena sesungguhnya keduanya memiliki nafsu untuk membunuh satu dengan yang lain. Membunuh atau dibunuh.

Dengan memahami dan tahu arti jagad cilik dan jagad gede merupakan suatu upaya untuk mendekatkan insan kepada kenyataan, kepada berfikir perihal hidup dan tahu bagaimana menghargai kehidupan ini.

Agar insan faham akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, semoga tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk berbuat yang bukan-bukan. Jangan hingga menciptakan kesalahan dan menghancurkan lingkungan. Rusaknya lingkungan hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.

Hidup memang keras, penuh cobaan dan ujian, banyak rintangan dan godaan, penuh dengan kerikil terjal dan karang tajam yang tiada henti-hentinya mengetuk pintu kesadaran. Seperti menusuk dan menghentak-hentak jiwa kita dalam gejolak ingin tahu perihal apa yang akan terjadi hari ini, hari esok dan yang akan datang. Tetapi siapa yang mengira dalamnya samudera kehidupan, ganasnya angin puting-beliung cobaan dan lembutnya angin Ilahi yang menyejukan hati.

Begitulah citra hidup, bagai seorang pelaut yang mengarungi samudera luas. Semuanya tiba dengan tidak terduga. Namun bagi yang telah memahami diam-diam kehidupan, semua peristiwa tidak akan mengejutkannya lagi. Walaupun yang akan terjadi pastilah terjadi. Karena semua yang akan terjadi sudah sanggup dibaca tanda-tandanya. Seperti akan datangnya angin puting-beliung dilautan, pelaut yang berpengalaman sudah sanggup mengira sebelumnya. Dengan membaca keadaan awan serta laju bertiupnya angin.

Begitu juga dengan kehidupan, insan yang telah memahami diam-diam kehidupan yang disebut Jagad besar dan jagad cilik, semua peristiwa tidak akan mengherankannya lagi. Dan sesudah memahami akan arti semua diam-diam kehidupan itu, tidaklah nanti kita akan lari dari kenyataan. Tidak boleh mengingkari kebenaran. Harus mendapatkan apa adanya, yang bisa dilakukan hanya berupa mengurangi bencana, bukan membiarkan angin puting-beliung taufan (cobaan/ujian/bencana) menghancurkan bahtera kehidupannya.

Karena apapun yang terjadi didunia atau pada insan itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Walaupun begitu insan diwajibkan berusaha untuk menghadapi banyak sekali benturan-benturan angin puting-beliung kehidupan. Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kalau orang itu sendiri tidak mau berusaha merubahnya.

Maka semoga selamat dalam mengarungi samudera kehidupan ini, insan harus bersekutu dengan Tuhan (taqwa). Melalui cara-cara / tuntunan yang telah dibentangkan oleh Tuhan untuk manusia. Seperti pelaut yang mempelajari diam-diam alam dilautan, untuk menaklukan angin puting-beliung taufan. Bahkan sesudah bisa mengenal air bahari lebih bersahabat lagi. Gelombang besar yang bergulung-gulung itu sanggup dimanfaatkan untuk senang-senang, ibarat bermain ‘selancar angin’. Gelombang setinggi bukit itu tidak lagi mengerikan tetapi menyenangkan.

Paduannya yaitu ketelitian, mengamati gerak kehidupan. Mengendapkan segala peristiwa kedalam sadar yang hakiki. Dengan ketenangan jiwa dan menyingkirkan segala syak wasangka.

Mengamati kehidupan dengan teliti dan telaten (ulet) mempergunakan kecerdasan dan kecerdikan maka akan bertemu dengan diam-diam hidup yang disebut jagad gede dan jagad cilik (manunggaling jagad cilik lan jagad gede). Untuk mencapai kewaspadaan batin; sanggup mengetahui apapun yang bakal terjadi (weruh sadurunge winarah).


Posting Komentar untuk "Jagad Cilik & Jagad Gede"