Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangun Generasi Rabbany

Prof DR H Akhwan Muharrom, MA 

Membangun Generasi Rabbany, Setiap insan yang hidup di dunia ini, sadar atau tidak, dalam menempuh hidupnya, niscaya dihadapkan pada pilihan-pilihan. Baik dia seorang mukmin yang paling taat, maupun kafir yang paling durhaka. Di dalam menemukan pilihan tersebut, insan ada kalanya merasa terbantu oleh pikiran, kepentingan, perasaan, bisikan, atau kata hati dan sebagainya. Ada juga yang terbantu dengan mereferensi keberhasilan orang lain. Ada juga yang menetapkan pilihannya pada pengalaman masa lampau, baik yang dialami sendiri maupun orang lain. Ada yang mendasarkan pada tujuan-tujuan tertentu yang sekaligus sebagai landasan filosofi kehidupan dan seterusnya. Barangkali semakin banyak pertimbangan atau alternative pilihan, bukan semakin gampang untuk memilih mana yang harus dipilih, akan tetapi yang terjadi justru semakin membingungkan dan menyulitkan diri sendiri. 

Namun, bagi kita, sebanyak apapun alternative pilihan, atribut atau alat bantu serta tumpuan yang kita pakai, namun sebagai seorang yang beriman, wajib bersyukur kepada Allah SWT. Sebab sebagai mukmin kita tidak dihadapkan kepada alternative yang banyak, sebab akan membingungkan, bahkan mungkin dilematis. Allah SWT sudah menetapkan satu pilihan saja yang sangat jelas, terarah dan pasti, tidak sulit, sesuai dengan fungsi dan status, serta yang paling pokok yakni demi harkat dan martabat insan itu sendiri. Pilihan itu yakni beribadah kepada Allah SWT. (QS Adz Dzaariyaat : 55,56). Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan berlandaskan beberapa hadis Nabi menambahkan, bahwa bukannya Allah yang berkepentingan untuk disembah. Tetapi sebab Allah Maha Kuasa, maka manusialah yang mempunyai kepentingan untuk menghambakan diri kepadaNya demi diri insan itu sendiri, dan untuk menjaga ketetapan pilihan itu semoga tidak tergoyahkan, Allah dengan Rahman dan RahimNya memberiikan jalan yang benar dan sanggup terus meluruskannya, yakni ash Shiraathal Mustaqiim (jalan yang sanggup terus menerus meluruskan). Ibnu Qoyyim Al Jauziy, menyatakan, bahwa kalimat ash Shiroth dalam al-Qur’an selalu disebut dalam bentuk mufrod (tunggal), tidak pernah mutsanna (dua) atau jama’ (banyak). Hal ini mengindikasikan, bahwa ash shiroth (jalan yang diberikan oleh Allah) tersebut hanya satu, yakni Islam. (QS Al An’aam :153). 
Membangun Generasi Rabbany.

Suatu dikala Rasulullah SAW menciptakan satu buah garis lurus di depan para sahabat dengan sebuah tongkat, seraya bersabda : “Ini yakni citra jalan Allah”. Kemudian dia menciptakan lagi garis lain di kiri dan kanan beliau, seraya bersabda : “Inilah jalan-jalan lain. Pada masing-masing jalan ini ada syetan yang mengajak manusia”. Melihat aba-aba menyerupai ini, kemungkinan selamat dan tidak selamat tidak sebanding, satu berbanding banyak. Kata “menyembah” dalam banyak sekali etimologi kebahasaan diartikan dan dijelaskan sebagai mengagungkan , 
Membangun Generasi Rabbany.

Tuhan dengan cara tertentu sebagai tanda bhakti kepadaNya. Allah bukanlah raja sebagaimana raja manusia. Dia tidak membutuhkan persembahan sebagaimana yang dilakukan oleh orang kecil atau orang rendahan terhadap rajanya. Allah SWT Maha Kaya atas semua alam, Dia tidak mempunyai kekurangan apapun. Segala puji dan puja yakni kupunyaanNya. Oleh sebab itu, kata na’budu lebih sempurna diartikan sebagai ibadah. Dengan begitu, kata iyyaka na’budu lebih berkonotasi ibadah atau tindakan untuk mematuhi perintah, 
Membangun Generasi Rabbany.

Penghambaan diri kepada selain Allah, aktualisasinya sanggup berupa penghambaan diri kepada dunia, harta, jabatan, ilmu dan sebagainya. Artinya dengan suka rela mengorientasikan seluruh potensi kehidupan ini untuk hal-hal selain Allah, sehingga harkat dan martabat kemanusiaan berada di bawah yang kita pertuhankan itu, 
Membangun Generasi Rabbany.

Menciptakan generasi abiid lillaah tidaklah semudah menyerupai disampaikan di mimbar-mimbar Jumat, di panggung cermah dsb. Ini merupakan tantangan besar ummat Islam semuanya, khususnya yang berada dunia pendidikan, baik formal, informal maupun non formal. Pertanyaannya yakni : Sudahkah terkurikulumkan dalam aktivitas pendidikannya? Pertanyaan ini bukan untuk dijawab di lembaga ini. Manusia atau generasi abiid lillah demikian inilah yang diidealkan Rasulullah sebagai generasi Islamiy. Mereka yakni type insan ideal yang didambakan oleh siapapun,di manapun dan kapanpun. Generasy Islamy demikian tentu tidak akan mengemplang pajak, tatkala dia berstatus sebagai wajib pajak, generasi demikian tentu tidak akan melaksanakan KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme), generasi yang demikian tidak akan akal-akalan sakit dikala harus kerja bhakti di lingkungan RT/RW nya atau kegiatan sosial lainnyabaik dalam skala local maupun yang lebih luas. Generasi demikian hatinya tentu tertambat dengan masjid, bukan menjauh dari masjid atau kegiatan masjid, 
Membangun Generasi Rabbany.

Memang untuk menciptakan membuat generasi erat hatinya atau tertambat dengan masjid, bukan perbuatan mudah, nyatanya masih banyak masjid kita di beberapa kawasan yang imam rawatibnya terdiri dari generasi tua, makmumnya sudah tua, muadzinnya terdengar ngos-ngosan dikala mengumandangkan adzan, karena sudah tua. Makara generasi yang tertambat hatinya dengan masjid yakni mereka yang sudah mulai senja, bukan generasi muda, 
Membangun Generasi Rabbany.


Posting Komentar untuk "Membangun Generasi Rabbany"